Pamekasan – Sekelompok anggota Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Pamekasan, Madura, Selasa (22/5), berunjuk rasa di depan kantor DPRD Pamekasan, menolak pengesahan rancangan peraturan pemerintah (RPP) tentang tembakau.
Juru bicara partai itu, Esa Arif, mengatakan, jika RPP tentang Tembakau itu disahkan, pihaknya khawatir para petani akan rugi, karena dalam rancangan aturan itu membatasi produksi tembakau.
“Oleh karenanya kami menolak rencana penetapan RPP tersebut, karena akan merugikan petani tembakau,” kata Esa Arif.
Gerindra juga menduga, pembatasan produksi tembakau nasional sebagaimana dalam RPP itu sebagai upaya bentuk penjajahan ekonomi dari luar negeri, karena dengan adanya pembatasan itu justru rokok impor akan masuk ke Indonesia.
Esa lebih lanjut menambahkan, unjuk rasa yang dilakukan oleh partainya itu atas aspirasi yang disampaikan para petani dan kelompok tani yang ada di wilayah itu.
Unjuk rasa menolak penetapan RPP tentang Tembakau kali ini sudah dua kali dilaksanakan. Sebelumnya para aktivis dari Lembaga Pertanian Nahdlatul Ulama se-Madura juga menyauarakan hal yang sama.
Bahkan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar saat berkunjung ke Pamekasan awal Mei lalu meminta Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Tembakau itu ditunda pengesahannya.
Ketika itu, Menakertrans menjelaskan, pihaknya akan berkoordinasi dengan kementerian terkait agar penundaan pengesahan RPP dapat terealisasi.
Ia beralasan, RPP sebaiknya jangan dulu disahkan karena harus ada jaminan perlindungan bagi industri tembakau akan sejahtera meski ada sejumlah batasan bagi industri kretek untuk memasarkan produknya.
Muhaimin menerangkan, ada 30 juta orang yang bergantung hidupnya dari industri kretek ini. Meskipun dia memandang RPP Tembakau ini ada kaitannya dengan kesehatan masyarakat namun kesejahteraan para buruh dan petani kretek juga harus terselamatkan.
Bupati Pamekasan Kholilurrahman mengatakan, setuju dengan penolakan RPP tersebut. Sebab selama ini, produksi tembakau telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat di wilayah itu.
Pada 2008 pertumbuhan ekonomi di Pamekasan akibat pertanian tembakau naik dari 4,35 persen menjadi 5,18 persen. Selain itu tembakau juga mampu menghapus angka kemiskinan dari angka 335.427 orang menurun hingga 223.419.
“Tembakau ini menjadi idola penghidupan masyarakat yang mampu menghapus jumlah desa tertinggal dari 144 desa menjadi 77 di posisi akhir 2010,” katanya menjelaskan.
(gatra)