Sebagian besar suara publik menilai bahwa Pansus Century hanya sebagian alat para pemain politik atau politisi. Hal ini terungkap dalam survei yang dilakukan Kamar Riset Publik.
Sebesar 52,5 persen responden menilai Pansus Century hanya bekerja untuk kepentingan politisi. Hanya 34,2 persen yang meyakini Pansus bekerja untuk rakyat. Sementara 13,3 persen menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab.
“Rakyat masih melihat DPR sebagai loket transaksi politik, bukan rumah untuk kesejahteraan rakyat,” ujar Direktur Eksekutif Kamar Riset Publik, Taufan, di Hotel Nikko, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (1/3/2010).
Survei tersebut digelar pada tanggal 19-21 Februari 2010. Jumlah responden 1.000 orang. Diambil acak melalui buku telepon di 10 kota besar. Wawancara dilakukan melalui telepon. Tingkat kepercayaan 95 persen dan MoE 3,7 persen.
Responden juga banyak yang menilai masalah Century ini terkait dengan konflik antara Aburizal Bakrie dan Sri Mulyani. Ketika ditanya, sebanyak 29,3 persen melihat kaitannya. 17, 4 persen tidak melihat kaitannya dan 52,9 persen tidak tahu atau tidak menjawab.
37 Persen publik juga menilai Boediono dan Sri Mulyani bersalah. Namun mereka meyakini bahwa kesalahan yang dilakukan keduannya terjadi pada level kebijakan. Kurang dari 6 persen yang meyakini keduanya terlibat korupsi.
“Publik mengetahui bahwa dalam sistem presidensil, presidenlah yang harus bertanggung jawab atas tindakan menteri-menterinya,” ujar peneliti CSIS, J Kristiadi.
Survei tersebut digelar pada tanggal 19-21 Februari 2010. Jumlah responden 1.000 orang. Diambil acak melalui buku telepon di 10 kota besar. Wawancara dilakukan melalui telepon. Tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error (MoE) 3,7 persen.(Detik.com)