Banyaknya figur calon presiden dan parpol di Pemilu 2009 ini dinilai memiliki kerawanan gangguan keamanan. Karenanya, pemerintah harus mengantisipasi kerawanan ini pra, saat atau pasca Pemilu 2009.
“Ini perlu dikelola dengan baik, situasi keamanan pra, saat atau pasca pemilu, karena situasi di tiga tahapan ini rawan sekali,” kata Direktur Diplomasi Pertahanan Institute of Defence and Security Studies (IODAS) Bantarto Bandoro dalam peluncuran buku “Defending Indonesia” karya Connie Rahakundini Bakrie di Niaga Tower, Jl Sudirman, Jakarta, Jumat (27/2/2009).
Menurut Bantarto, justru kerawanan ini terjadi kemungkinan berulahnya massa pro dan kontra para pendukung capres dan parpol tertentu. “Apalagi yang kalah, ini yang perlu diantisipasi. Kalau itu terjadi perlu diperhatikan, karena berbahaya bagi citra Indonesia dan akan mengganggu stabilitas politik dan ekonomi di dalam negeri,” jelasnya.
Bantarto menerangkan, dari pengalaman sejarah yang sudah terjadi, setiap gejolak politik di Indonesia, para investor akan lari ke luar negeri. “Jadi saya kira, bukan masalah siapa capresnya. Tapi bagaimana mengelola aspek keamanana pra, pasca dan saat pemilu,” tandasnya.
Terkait bermunculan figur capres di bursa Pilpres 2009, khususnya capres independen, Bantarto mengaku, tidak menemukan adanya skenario tertentu, khususnya pihak asing untuk mengintervensi Indonesia.
“Saya kira ini karena dalam sepuluh tahun ini mereka tidak diberi kesempatan. Jadi saya kira tidak ada skenario dari pihak asing,” pungkasnya. (Detik.com)