Bangsa Indonesia harus berusaha untuk bisa kembali menguasai kekayaan yang dimiliki, dan tidak lagi hanya bisa menyaksikan kekayaan bangsa itu terus mengalir keluar.
“Sampai hari ini Bangsa Indonesia tidak lagi menguasai kekayaan-kekayaannya dan kondisi itu harus segera dirubah,” kata Prabowo Subianto yang juga Capres Partai Gerinda pada dialog “Nasionalisme dan Kedaulatan Ekonomi” di Gedung Indonesia Menggugat Bandung, Kamis.
Dikatakan, keuntungan yang diterima oleh bangsa Indonesia tidak kembali pada rakyat sebagaimana data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia yang menyebutkan keuntungan rata-rata Indonesia sejak 1997-2008 adalah sekitar 25 juta dolar Amerika.
Berdasarkan data tersebut, seharusnya rakyat Indonesia tidak ada yang miskin. “Saat ini, yang terjadi adalah kekayaan kita terus mengalir keluar, tidak tinggal di Indonesia,” ucapnya.
Mantan Pangkostad yang juga menantu mantan Presiden Soeharto itu menilai rakyat Indonesia terjebak pada strategi yang telah diterima oleh para elit ekonomi negeri ini.
“Sejak zaman Habibie hingga SBY memimpin, tim ekonomi yang bekerja selalu sama, dengan strategi dan kebijakan yang sama pula,” ucapnya. Pendekatan pemerintah sekarang harus diganti dan harus kembali pada sistem ekonomi kerakyatan yang mengacu pada pasal 33 UUD 1945, katanya.
Dialog “Nasionalisme dan Kedaulatan Ekonomi” dilaksanakan Daya Mahasiswa Sunda (Damas) merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengangkat citra Jawa Barat di tingkat nasional. Sebelumnya, telah dihadirkan Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai pembicara.
Menurut Danni SW, Ketua Pengurus Pusat Damas, bukan suatu kesengajaan bila pembicara yang hadir merupakan tokoh-tokoh politik yang mencalonkan diri untuk Capres dan Cawapres pada Pemilu 2009.
Daftar nama pembicara untuk acara ini sebenarnya sudah kami buat sejak tahun 2006, kebetulan pembicara yang menyanggupi semuanya mencalonkan diri untuk Pemilu (2009-red),” terang Danni.
Damas berperan sebagai fasilitator dan pemrakarsa acara dialog tersebut. Dirinya juga melarang adanya atribut-atribut partai dan kampanye untuk dilepaskan selama acara berlangsung.
(Antara.com)