Upaya pemerintah melanjutkan privatisasi BUMN mendapat kritik dari Prabowo Subianto. Capres Partai Gerindra ini bahkan secara tegas menolak kebijakan tersebut.
“Jika saya presiden, saya menolak untuk menjual BUMN. Karena BUMN adalah lokomotif untuk perekonomian Indonesia,” katanya saat presentasi visi-misi capres di depan perwakilan BEM se-Indonesia, di Kampus Unpad Bandung, Rabu (11/2).
Prabowo mengungkapkan, satu per satu aset-aset negara telah dilego ke pihak asing. Akibatnya, kekayaan yang berlimpah di tanah air tidak pernah bisa dinikmati oleh rakyat.
“Idosat dijual, perusahaan-perusahaan yang menguntungkan juga dijual, dan bank-bank besar sudah tidak dikuasai oleh Indonesia lagi. Bahkan saya mendengar Gelora Bung Karno mau dipinjamkan untuk menambah devisa. Mungkin nanti Monas akan dipinjamkan untuk mencari pinjaman,” ujarnya disambut tepuk riuh ratusan mahasiswa.
Pemerintahan SBY memang bertekad untuk melanjutkan privatisasi sejumlah BUMN. Beberapa kalangan mengkritik kebijakan itu, karena diyakini akan berdampak negatif, yakni mengalihkan aset nasional yang menguntungkan ke pihak asing.
Selain itu, muncul kekhawatiran, Indonesia semakin jauh terperangkap dalam jerat perdagangan bebas sehingga kemampuan ekonomi rakyat semakin terpinggirkan. Akibatnya, dalam jangka panjang, privatisasi akan menciptakan bangsa buruh. (*)