Oleh: Fadli Zon
Istiqlal adalah nama sebuah masjid megah di Jakarta. Masjid terbesar di Asia Tenggara ini menjadi kebanggaan Indonesia sejak masa Orde Lama hingga kini. Bung Karno yang menggagas Masjid Istiqlal ingin menunjukkan rasa syukur atas berkat rahmat Allah Yang Maha kuasa, Indonesia merdeka. Indonesia lepas dari cengkraman penjajahan bangsa asing.
Istiqlal juga nama masjid sumbangan rakyat Indonesia untuk masyarakat Bosnia-Herzegovina. Masjid indah di Sarajevo ini punya kapasitas 2500 orang. Dibangun sebagai tanda peduli bangsa Indonesia pasca konflik etnis 1990-an yang menelan ribuan korban, masjid Istiqlal menjadi salah satu simbol kemerdekaan Bosnia.
Istiqlal dipakai sebagai nama jalan favorit di Istambul, Turki, sepanjang dua kilometer, tempat berbagai macam café, restoran dan teater serta pertokoan. Ribuan orang berjalan kaki melintasi suasana bebas dari generasi ke generasi.
Istiqlal berasal dari bahasa Arab, artinya bebas, lepas, merdeka. Kebebasan dan kemerdekaan merupakan hak asasi manusia yang dasar. Karena itu kata “Istiqlal” menandai banyak kota, masjid, jalan, monumen, dan banyak peristiwa dalam sejarah bangsa-bangsa.
Di Indonesia, Mohammad Hatta menyatakan “Lebih baik Indonesia tenggelam ke dasar lautan yang dalam daripada menjadi embel-embel bangsa asing.” Pledoi di pengadilan Den Haag tahun 1928 ini diberi judul “Indonesie Vrij” (Indonesia Merdeka). Bung Hatta dan kawan-kawan Perhimpunan Indonesia telah menjadi terompet perjuangan melawan kolonialisme Belanda di dunia internasional.
Kemerdekaan itu memang mahal harganya, dibayar dengan darah dan airmata, dengan segenap jiwa raga para pejuang. Tak ada kemerdekaan gratis. Pengorbanan begitu besar. Namun setelah merdeka dari imperialis asing, sudahkah kita mencapai kemerdekaan sesungguhnya?
Kemerdekaan seharusnya menjadi pintu gerbang kesejahteraan dan kebahagiaan. Bagi rakyat, artinya cukup pangan, sandang, papan, jaminan kesehatan dan terpelihara di hari tua. Kebutuhan dasar terpenuhi, lalu pendidikan memadai dengan akses seluas-luasnya.
Kemerdekaan harusnya milik seluruh rakyat, termasuk bebas dari kebodohan, kemiskinan dan korupsi. Kebodohan telah membawa kita pada keterpurukan. Kemiskinan membuat kita lemah dan sulit berdiri tegak. Korupsi merusak karakter bangsa dan melestarikan kemiskinan.
Penjajahan mengeksploitasi kekayaan alam tanpa batas. Sumber daya alam dikuras didominasi segelintir orang untuk sebesar-besar kemakmuran mereka. Kemakmuran rakyat jauh dari harapan. Jika keadaan ini masih terjadi, kita belum merdeka sepenuhnya.
Kemerdekaan harus dimulai dari diri sendiri, melawan nafsu tak terkendali. Melalui puasa kita menuju Idul Fitri, kembali ke fitrah sebagai manusia sejati.
Kita mensyukuri “Istiqlal,” kebebasan dan kemerdekaan yang kita hirup atas jasa para pahlawan bangsa. Tugas kita adalah menjaga dan terus berusaha meraih kemerdekaan sesungguhnya. Kita harus menuju Indonesia yang dicita-citakan pendiri bangsa, Indonesia Raya. FADLI ZON
Sumber: Gema Indonesia Raya