Pada 20 Mei lalu Rakyat Timor Leste merayakan hari kemerdekaannya yang ke-10. Presiden SBY sengaja datang ke sana sebagai kunjungan resmi. Presiden datang bertemu sejumlah pemimpin dan mengunjungi Makam Pahlawan Seroja di negara yang berbatasan dengan NTT (Nusa Tenggara Timur ) itu. DPR pun dalam sidang Paripurna memberi ucapan kepada pemimpin Timor Leste yang baru terpilih, Taur Matak Ruak. Bahkan, DPR melalui Komisi I menyetujui memberikan hibah enam buah meriam Salute Gun (meriam ucapan selamat) kepada negara tetangga tersebut.
Fraksi Partai Gerindra ikut menyetujui hibah enam meriam Salute Gun kepada Pemerintah Republik Demokratik Timor Leste tersebut. Namun, Fary Djemy Francis, anggota Fraksi Partai Gerindra dari daerah pemilihan (dapil) NTT memberi catatan atas hibah tersebut.
Fary meminta pemerintah untuk memberi perhatian khusus pada aset-aset warga negara eks Timor Timur dan warga negara Indonesia lainnya yang pernah tinggal di Timor Leste. “Jangan hanya keputusan sepihak seperti ini yang diambil, tetapi tidak memerhatikan aset-aset warga eks Timor Timur dan warga negara Indonesia yang pernah berada di Timor Timur,” ujar Fary dalam Rapat Paripurna DPR RI di Ruang Paripurna, Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, pertengahan Mei lalu.
Selain itu, Fary Djemy Francis juga meminta pemerintah untuk mendorong dan memperjuangkan program-program yang diusulkan oleh warge eks Timor Timur di NTT . “Tidak seperti yang kita bahas saat ini, secara kebetulan Presiden SBY akan ke Timor Leste dan ini diputuskan secara cepat. Kita perlu perhatikan nasib saudara-saudara kita yang setia pada NKRI di NTT dan di Indonesia,” ujarnya.
Sejak lepas dari Indonesia, masih banyak aset yang menjadi milik warga masyarakat Indonesia di Timor Leste. Bahkan, masih ada para pengungsi yang nasibnya masih terkatung-katung. Di sana pun, telah gugur 1.500 tentara Indonesia yang sedang bertugas.
Gerindra sebagai partai nasionalis tentu saja berkepentingan membela nasib warga eks Timor-Timur itu. Jangan sampai di hari kemerdekaan Timor Leste melupakan nasib anak bangsa di sana. Baik yang masih hidup maupun yang sudah gugur. (IF)