BERPARTAI, BELAJAR MENGURUS NEGARA
Oleh: M.Solihat Sukardi
Pengurus DPP Partai Gerindra dan Tenaga Ahli Anggota DPR-RI Komisi X
.
“Negeri Auto Pilot” merupakan ungkapan kritis yang dilontarkan kelompok masyarakat terhadap para pemimpin negara yang tidak mampu mengelola negara dengan baik. Rakyat dibiarkan hidup sendiri, menyelesaikan masalahnya sendiri , tanpa kehadiran negara. Pemimpin negara yang dimaksud adalah Presiden (eksekutif), anggota DPR (legislatif), dan para penegak hukum (yudikatif). Mereka dinilai telah gagal (failed) mengurus rakyatnya.
Lantas, kalau para pemimpin gagal, siapa yang mesti disalahkan dan dari mana memperbaiki kesalahan tersebut?
Dalam sistem negara demokrasi, peran partai politik sangat penting dan menentukan arah pembangunan negara. Suka atau tidak suka, sistem negara demokrasi telah memberikan kekuasaan besar terhadap partai politik. Tidak ada demokrasi tanpa partai politik. Clinton Rossister (1960) mengatakan: “… no democracy without politics, and no politics without parties.” Baik buruknya negara demokrasi tergantung dari kualitas partai politik yang dibangun. Sebab, dari partai politik inilah lahir visi misi, sistem, program, aturan (hukum), serta sumber daya manusia yang nantinya bisa diimplementasikan dalam kehidupan bernegara.
Mengurus partai politik merupakan miniatur mengurus negara. Sikap dan prilaku bernegara kita akan diperlihatkan ketika kita berada dalam “rumah partai” ini. Pemimpin partai yang bijak, bervisi, amanah, tegas, dan cerdas (sidiq, amanah, tabligh, fathonah) kelak akan mewujud sifat-sifatnya ini manakala ia menjadi pemimpin negara. Kader partai yang punya etos kerja tinggi, berdisiplin, dan patuh terhadap pemimpin – jika kelak menjadi anggota dewan — ia akan menjadi anggota dewan yang benar-benar harapan partai sebagai representasi dari harapan rakyat. Maka nantinya tidak ada lagi seorang anggota dewan yang malas rapat atau membangkang dari garis partai, dan tidak ada lagi seorang menteri yang hanya menjalankan lima puluh persen instruksi Presiden, selebihnya jalan sendiri.
Korupsi yang menjadi masalah besar di negeri ini juga bisa dibereskan melalui tindakan preventif dalam manajemen partai politik. Partai politik yang bersih akan melahirkan para pemimpin negara yang bersih. Sebaliknya partai politik yang korup akan melahirkan pemimpin negara yang korup. Jika dalam kehidupan bernegara berlaku slogan bahwa pemimpin negara yang baik adalah yang menghargai para pahkawannya, maka hal ini merupakan cermin dari pemimpin partai yang menghargai kadernya.
Contoh lain, penyelesaian konflik internal partai yang ditangani secara baik menunjukkan contoh baik pula penyelesaian konflik dalam kehidupan bernegara. Seorang pemimpin negara yang tidak punya pengalaman penanganan konflik, seperti dalam partai politik, ia akan gagap dan gagal dalam penanganan konflik dalam kehidupan bernegara.
Dari uraian ini, maka tampak jelas fungsi partai politik sebagai pusat pembelajaran (sekolah). Partai politik sebagai kawah candradimuka bagi calon pemimpin bangsa. Dari partai politik inilah (mestinya) calon pemimpin belajar semua hal yang berkaitan dengan kehidupan bernegara, minimal belajar cara hidup berdemokrasi. Akhirnya, Selamat Ulang Tahun Partai Gerindra … Semoga Menjadi Sekolah Demokrasi Yang Baik Bagi Indonesia Raya.
(GEMA INDONESIA RAYA, EDISI 11)