Tapi apa sih yang diburu? Tentu pemilihan umum. Tampaknya buku ini diterbitkan untuk konsumsi pemilihan umum. Targetnya menyerang Prabowo Subianto dan Wiranto, dua purnawirawan jenderal yang sekarang sedang memimpin partai yang akan bertarung dalam pemilihan umum 9 April mendatang (Partai Gerindra dan Partai Hanura).
Oleh karena itu penyelesaian buku ini harus diburu, untuk diterbitkan sebelum pemilihan umum. Artinya, dia beredar pada waktu yang tepat sehingga diharapkan sukses memojokkan Wiranto maupun Prabowo. Keduanya dianggap saingan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), presiden incumbent yang akan maju lagi dalam pemilihan presiden mendatang.
Sekali pun secara teknis buku ini berantakan, Presiden SBY pasti senang membacanya. Paling tidak, karena di sini dia ditabalkan sebagai konseptor reformasi ABRI yang selama ini disandang Wiranto. Terutama karena di buku ini ditulis bahwa Jenderal M. Jusuf selaku Panglima ABRI setuju pasukan anti-teror diberi nama Detasemen 81 karena angka itu – 8 + 1 — jumlahnya 9.
Pesawat Hercules yang sering digunakan Pak Jusuf memiliki call sign A-1314. Kata Jenderal Jusuf, angka itu kalau dijumlahkan menjadi 9 (halaman 446). Jadi Pak Jusuf menyukai angka 9, yang tak lain juga angka favorit Presiden SBY. Boleh jadi informasi ini hanya karangan guna menyenangkan SBY. Tapi bagaimana mengeceknya kepada Jenderal Jusuf yang sudah meninggal dunia? (Detik.com)