Dengan itu, kata Saiful, mereka harusnya menjadikan itu sebuah dorongan untuk membuat strategi baru. “Jangan hanya merasa besar, tetapi saat pemilu tiba-tiba suara mereka jeblok, kan bisa tambahshock mereka,” tukasnya.
Ia mengungkapkan wajar jika Partai Golkar bereaksi negatif atas hasil survei pihaknya, karena menunjukkan posisi Golkar di nomor tiga. “Mungkin dalam dua pemilu terakhir mereka mendapat suara di atas 20%, tapi sekarang itulah faktanya,” tukasnya.
Selain itu, hasil survei tersebut menunjukkan bahwa kurang berhasilnya kepengurusan sekarang. “Mungkin mereka bersikap seperti itu karena mengancam legitimasi kepengurusan Golkar saat ini, dan bisa dijadikan bukti politik oleh kelompok lain di Golkar bahwa kepengurusan saat ini kurang berhasil,” imbuhnya. (Mediaindonesia.com)